Feeds:
Posts
Comments

Archive for January, 2020

Barkas

Barang baru tapi bekas dikenal dengan istilah barkas.  Itulah yang sudah dikenal anak sulung saya (Adien) sejak dia menjadi student exchange  selama 6 bulan di kumamoto, Jepang.  Dari ceritanya saya mengetahui barang baru di Jepang sangatlah mahal menurut ukuran mahasiswa yang hidup dari beasiswa dan kerja part time.  Dan di Jepang tidak ada malu-malu membeli dan memakai barang bekas mulai dari sepeda, baju, sepatu, tas.

Weekend begini bagi orangtua seperti saya yang tidak “kumanan” anak, salah satu kegiatannya adalah video call (VC) anak-anak yang dua-duanya ada di luar kota. Sejak wisuda dari Psikologi UGM November 2019 yang lalu, Adien telah bergabung dengan konsultan bisnis di Jakarta.

Siang ini tadi Adien saya tanya belanja apa kemarin di pasar Senen (menyambung VC yang terputus kemarin karena mau berangkat belanja).   Seketika dia berdiri dan berjalan ke jemuran menunjukkan dua baju, satu rok motif kotak diagonal, dan satu sepatu di rak.  Wow.. banyak sekali belanjanya.  Seperti biasa naluri emak yang kepo, saya tanya harganya khawatir gajinya akan habis buat belanja.  Adien menjawab dengan ringan, “Coba mama tebak berapa?”. “Berapa ya? sepatu 200ribu, baju 150ribu kali 2, rok 100ribu. Total 600ribu ya?”, jawab saya.  Adien menggeleng dan menyampaikan kalau totalnya cuma 175ribu.  Antara percaya dan tidak, ternyata barang-barang yang dibelinya adalah barkas.  Saya langsung “mbrebes mili” karena bangga dan setengah memelas bahwa budaya membeli barkas di Jepang masih terbawa sampai sekarang.  Akhirnya VC saya tutup dengan tetap berpesan, “Hati-hati ya Nak, jangan lupa makan, ibadah sunnah diperbanyak, mama doakan kamu dapat jodoh yang sholeh”

 

 

 

 

 

 

Read Full Post »

Apalah Arti Sebuah Nama

AMI FAUZIJAH, nama yang terdiri dari 2 kata, 11 huruf dan 1 spasi inilah yang disematkan Ayah kepada saya.  Menurut Ayah nama tersebut berarti “tahun kemenangan” yang dimaknai dari kata bahasa Arab.  Saya biasa dipanggil singkat “Am” oleh keluarga dan teman SD.  Ketika SMP sampai kuliah panggilan singkat saya berubah jadi “Mi”.  Dari sinilah muncul ide nama baru sebagai merek dagang “amee” yang biasa dipakai buat ditempel di kaos atau nama panggilan di whatsapp.  

Ketika belajar menulis, dengan cepat saya bisa menulis nama depan yang memang hanya terdiri dari 3 huruf “AMI”, tetapi ketika belajar menulis nama akhir,  butuh agak lama melatihnya karena antara ucapan dan tulisan berbeda disebabkan munculnya aturan EYD di tataran bahasa Indonesia tahun 1972.  Perbedaan itu ada di huruf “j” nama saya karena harus dibaca “y”.  Hal inilah yang kemudian memicu beberapa masalah ketika harus ditulis orang lain.  Ada yang menulis “Fauziah”, ada juga yang menuliskan “Fauziyah”.   Tak kalah dengan itu juga nama depan saya, banyak juga yang menulis dengan “Amy” dan anehnya saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu malah sebaliknya saya menganggap keren. wkwkwk.

Beda lagi sewaktu berbicara di telepon yang mengharuskan saya menyebut nama, nama depan saya hampir selalu disebut dengan nama “ANI”.  Sampai mengulang 3x pun suara disana tetap menyebut nama saya dengan “ANI”.  Setelah berpikir keras untuk memberitahu nama yang benar, teringatlah sandi-sandi yang pernah diajarkan di Pramuka ketika SD.  ahay.. Meluncurlah sandi telephony untuk spelling nama saya.  “Alpha Mama India”  “Fanta Alpha Ultra Zero India Jakarta Alpha Hotel”. huft.. meskipun setengahnya mengarang tapi ternyata ini senjata sakti mengeja huruf demi huruf nama saya dengan benar.

Masalah datang lagi ketika akan berangkat umroh yang mengharuskan nama dengan 3 kata.  Namun masalah ini terselesaikan dengan menambahkan keterangan di halaman 4 paspor. Jadilah nama lengkap saya di paspor adalah Ami Fauzijah Muhadi.  Alhamdulillah.

Mempunyai nama berawalan huruf “A” agak sedikit membuat saya senewen sewaktu sekolah.  Pasalnya, nomor presensi selalu di urutan 1 atau 2.  Paling jauh yang pernah saya dapat nomor urut 5.  Lebih-lebih kalo pas guru memanggil ke depan untuk mengerjakan sesuatu di papan tulis, bahkan untuk menyanyi. Wadow! nomor urut presensi selalu jadi acuan.  Trauma ini terbawa hingga saya punya anak.  Sehingga tak satupun anak saya yang namanya berawalan huruf “A”.  wkwkwk

Sebelum berlakunya e-KTP, nama yang tercantum di KTP saya berubah-ubah tetapi dengan bunyi yang sama dan dengan penambahan gelar pendidikan. Kenapa bisa? Wallahu alam bissowab.  Ini adalah nama versi terakhir sebelum e-KTP “Ami Fauzijah, S.T, M.T.”  Sesuai aturan e-KTP yang berlaku seumur hidup, maka nama di KTP saya sesuaikan dengan semua dokumen resmi lainnya: akte lahir, ijazah,  dan sertifikat-sertifikat dan semuanya tanpa embel-embel gelar apapun.  Back to basic!

Demikian pentingnya penulisan nama yang benar karena beda satu huruf berarti beda identitas yang juga berarti beda manusianya.  Nama juga berarti doa, berharap ada untaian doa mengalir di setiap panggilan.  Beberapa orang memaknai nama sebagai peruntungan, itulah mengapa artis mengganti nama agar lebih mudah dikenal dan diingat publik.

Apa makna nama anda?

Read Full Post »