Feeds:
Posts
Comments

Archive for February, 2020

HIDUP YANG BERMANFAAT

Tulisan dan renungan sederhana ini terinspirasi dari tema tanaman di wa grup hari ini.  Saya jadi teringat akan pisang hias yang saya tanam. Secara umum, orang mengenal dengan pisang Bali, pisang Heliconia, atau pisang-pisangan. Saya tidak bermaksud membahas tentang cara bertanam dan sebagainya karena memang tidak mempunyai kapasitas untuk itu. Tetapi melalui filosofi pisang ini telah memberikan inspirasi yang luar biasa. Bagi saya, di satu sisi, pisang Heliconia dapat menjadi instrumen kesombongan karena buahnya yang berwarna merah menyala dengan tepian kuning dan menjuntai panjang ke bawah yang akan terlihat dari kejauhan. Pisang Heliconia ketika membaca tulisan ini mungkin juga tidak sepakat. He..he..

Sisi ini nampaknya pas ketika digunakan untuk memaknai bagaimana bersikap kita kepada orangtua, manusia termulia sejagad. Tidak boleh ada rasa sombong sekecil apapun melekat di diri kita ketika berhadapan dengan mereka. Sehebat apapun kita, sebaik apapun kita kepada mereka, tidak mungkin dapat menggantikan pengorbanan dan kasih sayang yang telah dicurahkan kepada kita.

Ketika warna merah dan kuning keemasan, instrumen yang berpotensi memunculkan kesombongan, tumbuhnya malah semakin ke bawah dan bukan ke atas. Inilah sisi lain yang tidak dapat ditawar untuk menurunkan harga diri pada tingkat yang rendah. Karenanya, di sisi lain, pisang Heliconia dapat menjadi instrumen kerendahan hati dan pelayanan. Ini adalah inspirasi untuk pemimpin. Bahwa dalam konteks ini, seorang pemimpin diminta santun, lembut, ramah dengan pengikut yang seide dengannya.

Mudah? Tidak selalu. Tetapi, saya yakin dapat diupayakan, ketika kesadaran menjadi pemimpin tetap dijaga, harga diri selalu dikelola, dan kepentingan pribadi atau kelompok tidak mengalahkan kepentingan orang banyak. Berikut contoh sederhana. Ketika saya menjadi kepala sekolah dasar, saya menulis sendiri puluhan lembar ijazah para lulusan. Melelahkan? Jelas iya.  Bagi saya, ini adalah kebanggaan tersendiri karena setiap lembar ijazah bertuliskan tangan saya sendiri, akan bermakna sepanjang hayat mereka.

Sisi yang terakhir dari pisang Heliconia ini menarik, mengapa? Layaknya pisang-pisang jenis lainnya, pisang ini tidak akan mati sebelum berbuah. Artinya apa? Sebelum dapat memberi manfaat, pisang tidak akan mati, meskipun ditebang berkali-kali, dia akan tumbuh. Tetapi ketika pisang sudah berbuah, dia akan mati dengan sendirinya. Inilah pelajaran yang dapat kita petik dari sebuah pohon pisang Heliconia. Hidup sekali, harus bermanfaat bagi sesama. Filosofi itu juga yang saya pegang sampai sekarang. Dua puluh tahun menjadi dosen, sepuluh tahun menjadi kepala sekolah SD, akhirnya di sisa umur saya ini, sudah empat tahun saya menjadi perawat suami yang sedang sakit GBS. Peran apapun itu, selama masih dapat memberi manfaat kepada sesama, lakukanlah. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”

Pembaca dapat menambahkan ribuan dan bahkan jutaan ilustrasi tentang pisang yang menjadi simbol hidup bermanfaat. Terima kasih Prof. Iro dan semua pembelajar di wa grup, karena anda-anda semualah saya menjadi lebih manfaat.

——–

16 Februari 2020

Read Full Post »

Lika Liku WA Grup

Berada di dalam WA grup, sudah saya rasakan sejak tahun 2013 bersama teman-teman dosen di UII Jogja waktu itu. Tetapi di dalam WA grup yang dimotori dan dipimpin oleh seorang Prof. Imam Robandi adalah sesuatu. Saya merasa ada perbedaan yang mencolok dengan grup-grup yang pernah saya ikuti selama ini.

Dari percakapan telepon saya dengan beliau, hanya dengan satu kata kunci “Mojokerto”, beliau langsung ingat dan menawarkan saya masuk WA grup Iro. Tak disangka, saya seperti berada dalam sebuah rumah mewah, dengan banyak kamar-kamar yang istimewa. Saya mencoba menyelami apa dan siapa saja yang ada di kamar WA grup Iro dimana saya ditempatkan.

Ternyata di kamar ini saya menemukan cahaya ilmu literasi, kehangatan penghuninya, dan sapaan tegas, lugas, dan menyengat serta layanan yang istimewa oleh si pemilik rumah yang tak lain adalah Prof. Imam. Perasaan saya campur aduk memantau hilir mudik tayangan tulisan para penghuni kamar Iro. Ada ketakutan, ada keinginan nimbrung, ada juga kegelisahan.

Saya mencoba menulis satu tulisan berjudul “Apalah arti sebuah nama”, dan saya memohon respon, tapi hanya satu dua saja yang komentar. Saya susulkan tulisan kedua di beberapa hari kemudian, tetap sama tidak begitu banyak komentar maupun respon. Oke, no problem. Di tengah kegalauan jari jemari yang sudah gatal ini, timbul ide untuk menjapri pemilik rumah mengapa tulisan saya tidak direspon, dikoreksi, ataupun dikritik.

Sebagai warga baru, saya lebih banyak menjadi silent reader. Butuh keberanian untuk mengungkap sesuatu dalam bentuk tulisan karena tulisan-tulisan yang mengalir di kamar Iro ini luar biasa kaya makna dan kata.

Entah energi darimana, tiba-tiba ditriger tulisan bu Nurlela, saya agak berani banyak berkomentar. Saya merasa baper dengan tulisan originalnya, malah tertumpuk dengan tulisan editan. Perasaan saya berkecamuk, sedikit jengkel, sedikit kurang sreg, dan merasa seperti semua mata tertuju ke saya. Ditambah lagi ada dua anggota yang keluar kamar Iro. Waduh. Untung prof. Imam tidak menendang saya keluar kamar Iro. He..he..

Akhirnya, saya dapat menyimpulkan bahwa kamar Iro adalah kamar para pembelajar eksekutif yang dimotori oleh Prof. Imam, Guru dari segala guru. Saya tidak menyesal berada di dalamnya meskipun tulisan saya dicuekin. Tetapi malam ini, ada kebanggaan tersendiri karena tema tulisan saya diikuti oleh bu Ani dan bu Ariyani yang dimunculkan idenya oleh bu Ruki. Terima kasih, mohon maaf karena saya telah membuat heboh kamar Iro yang nyaman ini.

——–

 

Read Full Post »