Tulisan dan renungan sederhana ini terinspirasi dari tema tanaman di wa grup hari ini. Saya jadi teringat akan pisang hias yang saya tanam. Secara umum, orang mengenal dengan pisang Bali, pisang Heliconia, atau pisang-pisangan. Saya tidak bermaksud membahas tentang cara bertanam dan sebagainya karena memang tidak mempunyai kapasitas untuk itu. Tetapi melalui filosofi pisang ini telah memberikan inspirasi yang luar biasa. Bagi saya, di satu sisi, pisang Heliconia dapat menjadi instrumen kesombongan karena buahnya yang berwarna merah menyala dengan tepian kuning dan menjuntai panjang ke bawah yang akan terlihat dari kejauhan. Pisang Heliconia ketika membaca tulisan ini mungkin juga tidak sepakat. He..he..
Sisi ini nampaknya pas ketika digunakan untuk memaknai bagaimana bersikap kita kepada orangtua, manusia termulia sejagad. Tidak boleh ada rasa sombong sekecil apapun melekat di diri kita ketika berhadapan dengan mereka. Sehebat apapun kita, sebaik apapun kita kepada mereka, tidak mungkin dapat menggantikan pengorbanan dan kasih sayang yang telah dicurahkan kepada kita.
Ketika warna merah dan kuning keemasan, instrumen yang berpotensi memunculkan kesombongan, tumbuhnya malah semakin ke bawah dan bukan ke atas. Inilah sisi lain yang tidak dapat ditawar untuk menurunkan harga diri pada tingkat yang rendah. Karenanya, di sisi lain, pisang Heliconia dapat menjadi instrumen kerendahan hati dan pelayanan. Ini adalah inspirasi untuk pemimpin. Bahwa dalam konteks ini, seorang pemimpin diminta santun, lembut, ramah dengan pengikut yang seide dengannya.
Mudah? Tidak selalu. Tetapi, saya yakin dapat diupayakan, ketika kesadaran menjadi pemimpin tetap dijaga, harga diri selalu dikelola, dan kepentingan pribadi atau kelompok tidak mengalahkan kepentingan orang banyak. Berikut contoh sederhana. Ketika saya menjadi kepala sekolah dasar, saya menulis sendiri puluhan lembar ijazah para lulusan. Melelahkan? Jelas iya. Bagi saya, ini adalah kebanggaan tersendiri karena setiap lembar ijazah bertuliskan tangan saya sendiri, akan bermakna sepanjang hayat mereka.
Sisi yang terakhir dari pisang Heliconia ini menarik, mengapa? Layaknya pisang-pisang jenis lainnya, pisang ini tidak akan mati sebelum berbuah. Artinya apa? Sebelum dapat memberi manfaat, pisang tidak akan mati, meskipun ditebang berkali-kali, dia akan tumbuh. Tetapi ketika pisang sudah berbuah, dia akan mati dengan sendirinya. Inilah pelajaran yang dapat kita petik dari sebuah pohon pisang Heliconia. Hidup sekali, harus bermanfaat bagi sesama. Filosofi itu juga yang saya pegang sampai sekarang. Dua puluh tahun menjadi dosen, sepuluh tahun menjadi kepala sekolah SD, akhirnya di sisa umur saya ini, sudah empat tahun saya menjadi perawat suami yang sedang sakit GBS. Peran apapun itu, selama masih dapat memberi manfaat kepada sesama, lakukanlah. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”
Pembaca dapat menambahkan ribuan dan bahkan jutaan ilustrasi tentang pisang yang menjadi simbol hidup bermanfaat. Terima kasih Prof. Iro dan semua pembelajar di wa grup, karena anda-anda semualah saya menjadi lebih manfaat.
——–
16 Februari 2020
Leave a comment