Feeds:
Posts
Comments

Archive for March, 2020

Smile Corona

Ini adalah obrolan saya (mamah) yang sudah pensiun dengan anak bungsu saya (adek), seorang mahasiswa informatika.

  • mamah: Dek, apa singkatan wfh?
  • adek: wifih
  • mamah: seingat mamah dulu kata wifi tanpa huruf h..
  • adek: sejak mamah pensiun, kata wifi menjadi wifih
  • mamah: owh gitu ya?.. nyesel mamah pensiun dini
  • adek: ha..ha..

Pada saat percakapan itu terjadi, jujur saya memang tidak mengetahui singkatan wfh.. Setelah dijawab si adek dengan sekenanya, saya malah jadi menahu singkatan wfh yaitu work from home.  Ha..ha.. smile corona.. peace..

Read Full Post »

Maret 2020 ini adalah perjalanan ketiga saya ke lombok.  Hanya saja kali ini dengan niat khusus bertemu dan berkenalan dengan calonnya Adien, anak gadis sulung saya.  Fuad nama temannya ini, mereka bertemu dan akrab di Kumamoto, Jepang di program yang sama yaitu student exchange.

Pesawat lion Air JT 823 landing di Bandara Lombok Praya.  Iphone saya yang baru on, langsung menangkap pesan yang dikirim Adien ke saya.  “Ma, cepetan, aku dah laper nih”.  Adien bergerak dari Labuhan Bajo, Flores sedangkan saya bergerak dari Mojokerto, Jawa Timur.  Kami sengaja bertemu di Lombok dengan tujuan spesial, bertemu si calon sekalian liburan tentunya.  Orang jawa menyebut dengan istilah “siji gawe, loro gawe”.

Sambil menikmati makan siang, kami mulai merencanakan perjalanan esok hari.  Kecemasan saya akan berita Corona telah hilang dengan obrolan renyah Adien seputaran kerja dan liburannya di Labuhan Bajo.  Rencana perjalanan keliling lombok esok hari akhirnya dibantu sopir grab yang membawa kami ke Hotel.

Tepat jam 9 Waktu Indonesia Tengah, Fuad sudah menunggu kami di lobi. Setelah selesai sarapan, saya keluar dan berkenalan dengan Fuad.  Kami bertiga melangkah ke mobil yang akan menuju Islamic Centre untuk sholat dhuha di masjid raya Hubbul Wathan. Museum Negeri NTB adalah tujuan kami berikutnya. Perjalanan lanjut ke Sukrara, desa tempat memproduksi kain tenun khas lombok berupa songket sukrara. Adien memilih dua kain songket, saya memilih dua taplak meja besar motif khas suku sasak.

Hari semakin siang meskipun cuaca sedikit mendung, Lombok mulai terasa panas.  Kaca mata hitam saya kenakan untuk menangkal sedikit cahaya matahari yang memantul.  Perjalanan tetap kami lanjutkan sesuai rencana.  Kali ini ke desa Sade, desa wisata di Lombok Timur ini begitu banyak pengunjung.  Masih belum tampak dampak corona di sini.

Disambut guide lokal desa Sade, kami berjalan menyusur desa melihat keunikan yang ada.  Rumah adat berpondasi tanah liat, berdinding anyaman bambu dan beratap jerami.  Lumbung desa, masjid tradisional dari kayu dan bambu, pohon cinta dengan kisah penculikan gadis.  Gerbang pintu keluar di ujung desa dengan pertunjukan musik tradisional sasak menutup perjalanan wisata desa Sade.

Menjelang maghrib, instruksi dari Dikdasmen PWM Jawa Timur diedarkan melalui grup.  Libur sekolah mulai 16-22 Maret 2020 untuk memutus siklus Covid-19.  Situasi ini membuat crowdit hati saya.  Oleh-oleh berupa tahu abian tubuh 151 dan telor asin, keripik paru, beberapa kaos bersablon Lombok sudah dikardus.  Senin subuh jam 05.05 wita saya meluncur ke Bandara Lombok Praya.  Benar saja, di Bandara telah siap dengan tes corona.  Setelah lolos pemeriksaan, saya masuk ruang tunggu dengan masker yang menutup hidung dan mulut.  Meskipun sedikit sesak nafas saya, saya bertahan menggunakan masker ini hingga masuk pesawat dan landing di Juanda Surabaya.  Alhamdulillah..

 

 

 

Read Full Post »